Dilansir dari Kemendikbud, Roots adalah sebuah program pencegahan perundungan berbasis sekolah yang telah telah dikembangkan oleh UNICEF Indonesia sejak tahun 2017 bersama Pemerintah Indonesia, akademisi, serta praktisi pendidikan dan perlindungan anak.
Pada dasarnya program ini dilakukan untuk mengatasi perundungan atau bullying di sekolah dengan melibatkan teman sebaya. Karena biasanya program untuk mengatasi perundungan atau bullying hanya dilakukan oleh guru saja tanpa melibatkan guru sama sekali. Dalam program Roots guru akan membentuk tim yang terdiri dari beberapa siswa yang memiliki pengaruh terhadap teman-teman di sekolahnya untuk menjadi agen perubahan yang dapat membawa dampak positif terhadap tindak perundungan.
Siswa yang dipercaya sebagai penggerak program Roots biasanya telah aktif di organisasi (seperti OSIS) atau memiliki peran yang baik di kelas (seperti ketua kelas atau yang lainnya). Namun, hal ini tidak menjadi satu-satunya patokan. Karena bisa saja program Roots dijalankan oleh siswa biasa yang belum pernah aktif sama sekali namun memiliki dipercaya oleh teman-temannya.
Pada dasarnya program Roots bisa dilakukan dengan beberapa Langkah di bawah ini:
Hal pertama yang perlu guru lakukan untuk menjalankan program Roots adalah membagikan kuesioner kepada seluruh siswa dan guru di sekolah. Kuesioner ini bermanfaat untuk mengukur sejauh mana pengetahuan atau justru pengalaman siswa dan guru mengenai perundungan atau bullying. Sehingga nantinya guru dan siswa bisa lebih mudah menentukan program yang tepat untuk dijalankan
Beberapa pertanyaan yang sebaiknya ada di kuesioner, yaitu pernahkan melakukan perundungan, pernahkah menjadi korban perundungan, apa yang dilakukan ketika melihat perundungan, dan sebagainya. Agar siswa dan guru yang mengisi kuesioner bisa tetap nyaman dan jujur, ada baiknya kuesioner dilakukan secara anonim tanpa perlu mencantumkan keterangan nama pengisi kuesioner.
Setelah membagikan kuesioner, Langkah yang perlu lakukan adalah memilih agen perubahan. Agen perubahan adalah orang-orang yang memang berperan untuk menjalankan program Roots. Dilansir dari Kemendikbud, agen perubahan ini biasanya terdiri dari 40 orang siswa di sekolah. Namun, hal ini bisa berbeda untuk setiap sekolah, tergantung jumlah siswa secara keseluruhan. Saat menentukan agen perubahan, guru bisa memilih siswa yang dinilai memiliki peran besar, memiliki perilaku yang baik, dan dipercaya oleh teman-temannya. Selain siswa, guru juga bisa menentukan beberapa guru yang akan menjadi pembimbing semua agen perubahan tersebut.
Kalau guru sudah menentukan agen perubahan, sekarang saatnya memberikan pelatihan kepada agen perubahan. Dilansir dari Kemendikbud, sesi pelatihan agen perubahan biasanya akan berlangsung selama 15 pertemuan. Pelatihan ini memberikan materi seputar perundungan kepada agen perubahan. Agar efektif, pelatihan dilakukan satu kali dalam seminggu sehingga program ini diestimasikan berjalan selama satu semester.
Di sini, peran fasilitator menjadi kunci dalam sesi pelatihan. Fasilitator bisa berasal dari guru di sekolah ataupun pembina ekstrakurikuler. Meskipun begitu fasilitator haruslah sosok yang dekat dan dapat dipercaya oleh para agen perubahan.
Di kelas guru juga bisa menjalankan program Roots dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita, baik cerita tentang mata pelajaran di sekolah atau apapun. Karena selain bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan public speaking, hal ini juga bermanfaat untuk membuat siswa lebih nyaman dan bisa lebih ‘terbuka’ untuk bercerita dengan guru. Sehingga nanti jika ada salah satu teman yang mungkin melakukan intimidasi, siswa bisa langsung bercerita pada guru dan guru bisa mencegah siswa tersebut melakukan bully.
BACA JUGA: 6 Tips Meningkatkan Jiwa Kepemimpinan Pada Siswa
Kadang, salah satu cara paling efektif untuk mencegah perundungan dengan siswa adalah dengan menunjukkan rasa empati dan posisikan diri sebagai siswa saat mengajar. Karena hal ini bisa bermanfaat untuk membuat siswa merasa nyaman untuk melakukan aktivitas di sekolah sehingga keinginan untuk melakukan bully menurun. Salah satu cara paling mudah untuk menunjukkan rasa empati adalah dengan membantu siswa yang kesulitan belajar.
Perundungan atau bully yang siswa lakukan di sekolah biasanya dimulai dari hal yang mungkin tampak sederhana untuk guru, seperti tidak memperhatikan temannya ketika berbicara, menghina siswa lain meskipun tampak seperti bercanda, memunggungi orang lain, dan menggunakan kata-kata yang sarkas.
Jika guru melihat siswa melakukan satu atau beberapa hal tersebut, sebaiknya segera tegur siswa tersebut ya. Karena hal yang tampak sederhana tersebut bisa menjadi cikal bakal terjadinya bully.
Selain itu, jangan lupa juga untuk selalu memperhatikan tempat-tempat yang biasanya menjadi tempat siswa melakukan bully atau perundungan, seperti kantin, kamar mandi, atau tempat parkir. Ada baiknya guru juga mengawasi tempat-tempat ini di jam istirahat dan pulang sekolah. Karena kasus bully biasanya dilakukan di jam istirahat atau jam pulang sekolah. Guru juga bisa meminta semua agen Roots untuk selalu memperhatikan gerak gerik siswa di sekolah.
Salah satu pemicu kasus bully atau perundungan di sekolah adalah karena siswa merasa iri dengan siswa yang lain. Untuk mencegah hal ini terjadi, jangan lupa untuk mengapresiasi semua siswa dan jangan membedakan siswa sama sekali. Ketika ternyata ada siswa yang terlihat kesulitan untuk memahami materi pelajaran, ada baiknya guru jangan langsung memarahi siswa tersebut.
Roots program yang sebenarnya sudah cukup lama dicanangkan oleh UNICEF. Oleh karena itu, jika selama ini sekolah tempat bapak/ibu guru belum menjalankan program ini, ada baiknya mulai sekarang coba terapkan program ini ya.
Kalau guru ingin proses belajar mengajar terasa lebih mudah untuk dilakukan, yuk gunakan platform Pijar Sekolah.
Pijar Sekolah adalah sebuah platform pembelajaran digital terpadu yang mendukung pihak sekolah dalam menciptakan pembelajaran digital yang seru dan menyenangkan. Pijar Sekolah memiliki ribuan konten digital yang menarik, mulai dari Buku Digital Interaktif, Buku Digital, Video Pembelajaran, hingga Laboratorium Maya yang bisa dimanfaatkan oleh semua siswa untuk mendukung mereka dalam belajar di sekolah.
Selain menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, Pijar Sekolah hadir untuk membantu pihak sekolah dalam melakukan pelaksanaan ujian. Melalui Pijar Sekolah, pihak sekolah dengan mudah melaksanakan Ujian Sekolah Berbasis Aplikasi (UBK), dan memudahkan para guru dalam membuat soal, melakukan penjadwalan ujian, mengawasi ujian, dan memeriksa hasil ujian.
Referensi
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/mengatasi-perundungan-di-sekolah-dengan-program-roots/
https://www.unicef.org/indonesia/media/7021/file/Roots%20Indonesia%20Programme%20Evaluation.pdf
Tak sedikit sekolah di Indonesia yang beralih ke sistem digital dalam berbagai aktivitasnya, termasuk untuk…
Bagi siswa yang sedang berencana melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, aplikasi tabungan siswa merupakan…
Membagi buku rapor fisik kini pelan-pelan dapat ditinggalkan berkat adanya aplikasi rapot online. Tak sedikisekolah…
Sektor pendidikan telah mengalami perubahan yang sangat penting, utamanya dalam menyederhanakan berbagai tugas administratif menggunakan…
Tujuan dari setiap platform pendidikan online adalah pembelajaran yang bermutu. Mutu ini harus setara dengan…
Kenapa harus menggunakan nilai ujian sekolah online? Di tengah dunia yang semakin digital, solusi online…