Secara berkala, kemampuan siswa akan dipantau dan dievaluasi melalui tes atau ujian. Baik itu ujian tengah semester, akhir semester atau kuis, pembobotan nilainya tidak bisa disamakan karena tergantung dari bentuk ujiannya sendiri. Supaya dapat memberikan penilaian secara lebih adil dan praktis, berikut ini adalah cara menghitung hasil ujian siswa.
Bentuk tes pertama dalam ujian standar adalah pilihan ganda. Tes pilihan ganda dibuat dengan menuliskan batang soal yang diikuti dengan empat atau lima pilihan yang terdiri dari satu jawaban benar dan sisanya adalah jawaban pengecoh atau distraktor. Tingkat kesulitan dari soal pilihan ganda ini disesuaikan dengan kemampuan siswa serta tujuan dari asesmen itu sendiri.
Kelebihan model soal pilihan ganda adalah pengajar lebih mudah melakukan penilaian karena jawaban tunggal. Penilaian per itemnya juga lebih sederhana, dimana benar mendapatkan poin dan salah diberi poin nol. Namun, pilihan ganda juga memiliki kekurangan karena pengajar harus menyiapkan soal berikut dengan empat sampai lima pilihan jawaban sebelumnya.
Penilaian ujian pilihan ganda adalah yang paling mudah. Dalam satu set ujian yang memiliki beberapa model tes, segmen pilihan ganda memiliki bobot atau porsi kecil yaitu 10% dari total nilai ujian. Bobot nilai ini dibuat dengan pertimbangan siswa telah mendapatkan opsi-opsi jawaban yang memudahkan mereka menyelesaikan soal tersebut.
Tes esai atau uraian bertujuan untuk melihat pemahaman siswa terhadap satu masalah yang dituangkan dalam batang soal. Berbeda dengan pilihan ganda yang memberikan pilihan jawaban pasti, kemungkinan jawaban dalam tes esai lebih terbuka dan bahkan tidak terbatas karena tergantung dari sudut pandang dan kedalaman pemahaman siswa.
Model tes esai sebenarnya bukan hanya bisa digunakan dalam bidang bahasa saja, namun juga bidang lain termasuk sosial dan eksak yang tidak membutuhkan hitungan angka yang pasti. Walaupun dianggap merepotkan oleh siswa karena mereka harus menulis banyak, namun model tes ini ampuh untuk melihat sejauh mana pemahaman konsep dan kedalaman pemikiran mereka.
Kompleksitas dan upaya siswa untuk berpikir, menganalisis, serta menuangkan pikiran untuk menjawab tes esai tersebut membuat soal ujian model ini memiliki bobot nilai yang paling besar yaitu 40% dari total ujian. Biasanya, agar siswa lebih terarah dan efektif dalam menyampaikan jawaban esai, guru bisa membatasi jawaban misalnya dalam beberapa paragraf, kalimat atau baris.
Disebut juga dengan tes menjodohkan, model tes mencocokkan ini biasanya digunakan dalam bidang kebahasaan atau bidang lain yang materinya berkaitan dengan definisi dari suatu hal. Namun, ada kalanya pengajar membuat soal dengan jawaban eksak dalam bentuk ujian mencocokan.
Sepintas tes mencocokkan nampak seperti pilihan ganda karena ada beberapa opsi yang bisa dipilih. Namun, sebenarnya model tes ini lebih kompleks sebab satu jawaban hanya cocok untuk satu soal. Jika salah memilih opsi di satu soal, maka soal lainnya kemungkinan akan salah juga karena pilihan jawaban yang seharusnya sudah terpakai.
Kompleksitas dan resiko pilihan jawaban yang “salah pasangan” seperti inilah yang membuat bobot penilaian ujian mencocokkan lebih tinggi dibandingkan pilihan ganda biasa. Tes mencocokkan memiliki bobot nilai 25% dari seluruh set ujian.
Tes benar – salah atau true false adalah bentuk soal selanjutnya yang sering digunakan terutama dalam penilaian tengah dan akhir semester. Soal benar salah membutuhkan pemahaman yang baik dari siswa pada materi, bacaan atau soal yang dikerjakan. Jika salah memahami, maka siswa tidak akan bisa menjawab soal benar – salah dengan tepat.
Umumnya soal benar – salah dibuat dalam bentuk pernyataan yang berkaitan dengan bacaan, konsep, hingga tata bahasa. Itulah sebabnya, model soal ujian ini cukup fleksibel digunakan di berbagai mata pelajaran di segala bidang mulai dari ilmu pasti, bahasa, hingga ilmu sosial.
Untuk bisa menjawab soal benar – salah, siswa harus memiliki kemampuan pemahaman materi yang mendalam serta kemampuan analisa yang baik. Kompleksitas berpikir hingga berhasil menyimpulkan pernyataan tersebut benar atau salah membuat model soal ini memiliki bobot yang cukup tinggi dalam ujian yaitu 25%.
Memberikan nilai hasil ujian siswa harus dilakukan dengan benar dan tepat sesuai dengan bobot penilaian, tingkat kesulitan soal dan juga kompleksitas berpikir yang dilakukan oleh peserta didik dalam menjawab soal. Dengan begini, pengajar dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa.
Di sisi lain, siswa sendiri juga mendapatkan hasil asesmen yang sesuai dengan tingkat pemahamannya terhadap materi yang diujikan sehingga pada akhirnya adil bagi semua pihak. Pembobotan nilai hasil ujian yang tepat akan menjadi evaluasi yang valid bagi pengajar untuk merencanakan kegiatan belajar dan mengajar selanjutnya.
Kenapa harus menggunakan nilai ujian sekolah online? Di tengah dunia yang semakin digital, solusi online…
Sama halnya seperti melamar kerja untuk posisi tertentu di kantor, seorang guru juga biasanya wajib…
Teknologi sudah merambah setiap aspek kehidupan, termasuk sekolah sekali pun. Dari kelas digital hingga pembelajaran…
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi telah merevolusi cara siswa sekolah belajar dan mengakses materi pendidikan.…
Daftar kehadiran masuk dalam penilaian setiap siswa. Jika berhalangan hadir, siswa dapat mengajukan izin, tapi…
Bapak/ibu orang tua siswa sering merasa kesulitan ketika harus login melalui aplikasi Orang Tua Pijar…